Pada
jaman dahulu, ada sepasang suami istri di Tasikmalaya. Kehidupan mereka cukup
tentram dan bahagia. Pada suatu hari mereka menemukan seekor harimau kecil yang
ditinggal mati oleh induknya. Harimau itu dipelihara oleh oleh mereka, dididik
dan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri. Ternyata hewan itu tahu
diri, ia menjadi penurut kepada sepasang suami istri itu. Harimau pun tumbuh
menjadi besar, ia cerdas dan tangkas.Kemudian sepasang suami istri itu
menamainya Si Loreng.
Demikian
erat hubungan Si Loreng dengan suami istri itu sehingga ia dapat mengerti
kata-kata yang diucapkan suami istri itu. Kalau ia disuruh pasti menurut dan
mengerjakan perintah suami istri itu dengan baik.
Suami
istri yang bekerja sebagai petani itu semakin berbahagia ketika lahir anak
mereka seorang bayi laki-laki yang sehat dan menyenangkan. Inilah saat bahagia
yang mereka tunggu-tunggu sejak lama. Apabila mereka pergi bekerja ke sawah,
bayinya ditinggal di rumah. Si Loreng ditugaskan untuk menjaga keselamatan bayi
itu. Hal ini berlangung selama beberapa bulan.
Sepasang
suami istri itu semakin sayang kepada Si Loreng kerna hewan itu ternyata dapat
dipercaya menjaga keselamatan anak mereka.
Pada
suatu siang yang terik, istri petani pergi ke sawah untuk mengirim makanan
kepada suaminya. Melihat kedatangan istrinya si suami segera menghentikan
pekerjaannya. Disana si suami melahap makanan yang dihidangkan istrinya.
Baru
saja setelah makan dan minum, tiba-tiba mereka mendengar suara gerengan si
Loreng. Si Loreng nampak lari pontang-pantin melewati pematang sawah terus
menuju dangau. Si Loreng mengibaskan ekorna berkali-kali dengan lembut sembari
menggosok-gosokkan badannya kepada suami istri itu.
"Kakang,
mengapa tingkah Si Loreng tidak seperti biasanya?", tanya si istri.
"Iya
Istriku... Aneh sekali. Ada apa gerangan?" sahut sang suami.
"Kakang
lihat!!! Mulut Si Loreng penuh dengan darah!!!!", teriak sang istri
Sang
suami tersentak kaget, mulut Si Loreng memang berlumuran darah.
"Loreng...?
Jangan-jangan kau telah menerkam anakku. Kau telah membunuh anakku!!" kata
sang suami.
Si
Loreng menggeleng-gelengkan kepalanya, sehingga darah dibagian mulutnya
berhamburan. Si suami seketika meluap amarahnya. Ia segera mencabut goloknya
dan memenggal kepala Si Loreng. Si Loreng tak menduga disreang secara tiba-tiba
sehinnga ia pun tak sempat mengelak. Harimau itu mengeram kesakitan, ia tidak
melawan, hanya sepasang matanya memandang kearah sepasang suami istri itu
dengan penuh rasa penasaran. Karena hewan itu belum mati, si suami segera
mengayunkan goloknyadengan penuh kemarahan hingga tiga kali. Putuslah leher Si
Loreng dari badannya. Hewan itu tewas dengan cara mengenaskan.
"Kakang!
Cepat kita Pulang!"
Mereka
segera berlari ke rumahnya.
Sampai
di rumah, mereka mendapati anaknya masih berada dalam ayunannya. Bayi itu
nampak tertidur nyenyak. Dirabanya tubuh anak itu, diguncang-guncang tubuhnya.
Si bayi pun terbangun dan tersenyum melihat kedatangan
orang tuanya.
Kedua
suami istri itu bersyukur karena bayinya selamat dan masih hidup. Setelah puas
memandangi anaknya, mereka merasa lega atas keselamatan anaknya. Kini mereka
celingukan, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Perhatian mereka
terpusat pada tempat sekitar ayunan anaknya bagian bawah. Mereka mendapatkan
bangkai seekor ular yang sangat besar berlumuran darah tergeletak di bawah
ayunan. Sadarlah kedua suami istri itu bahwa Si Loreng telah berjasa
menyelamatkan jiwa anaknya dari bahaya, yaitu dari serangan ular besar. Mereka
sangat menyesal, terlebih sang suami karena telah tergesa-gesa membunuh harimau
kesayangannya.
("Kisah
ini memberikan pelajaran kepada kita agar tidak bertindak gegabah. Berpikirlah
dengan cermat sebelum mengambil tindakan yang nantinya merugikan.")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar